Mengingat Jejak Progresif Kartini

LETSS Talk menyelenggarakan Lomba Menulis Esai dengan Tema “Orang Tua dalam Pendidikan Seks dan Seksualitas”

 

KETENTUAN

  1. Terbuka bagi semua kategori orangtua
  2. Boleh ditulis secara perorangan atau pasangan orangtua
  3. Menceritakan pengalaman dan pandangan sebagai orangtua

dalam pendidikan seks dan seksualitas

  1. Tulisan dalam bentuk esai
  2. Panjang tulisan 1000-1500 kata
  3. Dalam Bahasa Indonesia
  4. Karya tulis dalam bentuk Word Document dikirim melalui

email: letsstalksexuality@gmail.com

  1. Deadline pengiriman: 10 April 2021
  2. Pemenang akan diumumkan pada 21 April 2021 pada

Talkshow Seri #18 LETSS Talk

  1. Tulisan pemenang akan dimuat di website LETSS Talk
  2. Keputusan pemenang tidak bisa diganggu-gugat

 

HADIAH

Juara I: Uang tunai sebesar Rp. 1.000.000 dan E-Certificate

Juara II: Uang tunai sebesar Rp. 750.000 dan E-Certificate

Juara III: Uang tunai sebesar Rp. 500.000 dan E-Certificate

 

Pertanyaan/Informasi: +1 607 768 2247 (Ira/WA)

Kami menunggu karya tulis Anda, terimakasih dan salam LETSS Talk

YESS, AKU REMAJA DAN MENJALANI MASA PUBERTASKU DENGAN GEMBIRA!

Oleh Alyaa Khofifah Putri Hardana Bandar Lampung

Halo semua, namaku Alyaa Khofifah Putri Hardana, siswa kelas 9 di salah satu SMPN di Bandar Lampung.

Awalnya, aku merasa malu untuk menuliskan pengalamanku ketika memasuki masa pubertas. Tapi aku pikir tidak ada salahnya untuk berbagi pengalamanku kepada kalian, agar teman-teman tidak khawatir dan siap menghadapi masa pubertas dengan gembira.

Sama seperti aku, pasti kamu sering dengar ketika orang tua kita atau sekeliling kita berkata, “Maklumin ajalah namanya juga lagi puber!! “ atau “Kalau lagi puber memang gitu, pada genit-genitan sama kawan nya” atau “Kalau lagi puber memang suka pada ngelawan nih anak-anak!”.

Aduhh, kesel gak sih dengernya. Pasti ga cuma aku, kamu juga pernah ngalamin diomongin atau dengar perkataan seperti ini. Meski sering kita dengar,tapi ga banyak loh remaja seperti kita tahu artinya puber. Puber itu berasal dari kata latin Pubescere berarti mendapat pubes atau rambut kemaluan yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual (1).

Nah sedangkan Pubertas adalah periode-periode kehidupan dimana terjadi kematangan organ-organ seks untuk siap melakukan fungsi-fungsi reproduksi (2). Pubertas adalah masa peralihan yang akan dialami oleh anak-anak baik anak perempuan maupun anak laki-laki untuk menjadi dewasa secara seksual. Setiap anak akan mengalami masa pubertasnya diusia yang berbeda-beda. Beberapa dari kita memasuki masa pubertas lebih awal dan beberapa belum memasuki masa pubertasnya. Ada yang puber saat kelas 1 SMA, ada yang kelas 2 SMP, dan bahkan ada juga loh yang mulai puber saat kelas 3 SD.

Meski kamu tidak mengalami pubertas berbarengan dengan temanmu, tenang saja, ga usah panic ,kamu ga salah dan ga ada yang aneh dengan dirimu kok. Ketika memasuki masa pubertas, banyak sekali perubahan yang terjadi pada diri kita, baik perubahan fisik,emosi dan social. Perubahan fisik yang terjadi pada anak laki-laki dan perempuan berbeda.

Karena aku perempuan, aku akan cerita perubahan-perubahan yang terjadi pada anak perempuan ya, Awalnya, pada saat aku kelas 4 SD atau sekitar umur 9 tahun, aku sempat merasa gatal dan nyeri dibagian payudaraku, aku juga mulai merasa kalau payudaraku mulai membesar. Nah karena aku merasa aneh, aku merasa harus bilang ke ina (ibuku) tentang perubahan yang terjadi. Ina bilang aku sudah mulai masuk ke tahap masa sebelum pubertas atau awal pubertas, salah satu tandanya adalah membesarnya payudara pada anak perempuan. Bahkan kalau besarnya payudara di kiri dan kanan tidak sama, itu juga bukan sesuatu yang aneh,tapi kita harus waspada kalau ada benjolan di payudara kita, kita harus segera datang kedokter untuk periksa.

Selain itu, Ina juga bilang kalau aku sudah harus mulai pakai miniset (bra remaja) agar pertumbuhan payudaraku bisa tambah baik. Ihh … aku mulai membayangkan kalau pakai miniset pasti ga nyaman dan panas, tapi karena baik untuk pertumbuhan payudaraku, maka mau gak mau aku mulai terbiasa memakainya. Dan ternyata, menggunakan miniset malah membuatku makin nyaman untuk mengikuti kegiatan disekolah seperti aktif main basket dan berolahraga lainnya, jadi aku ga malu lagi untuk bergerak karena takut bakal “ngecap” payudaranya di baju dan membuatku ga nyaman.

Tanda pubertas lainnya yang aku alami adalah mulai tumbuh rambut di daerah kemaluan dan ketiak. Itu terjadi sekitar kelas 5 SD; aku merasa risih, seperti ada yang menusuk-nusuk di ketiak dan di celana; aku juga ngerasa keringatku jadi berlebihan dan kalau ga segera mandi, badan akan jadi bau. Aku tanya ke Ina, lagi-lagi katanya itu normal. Aku lalu diajarin cara mencukur rambut kemaluan dan ketiak, dan Ina berpesan agar aku mulai lebih peduli terhadap kebersihan tubuhku, Harus lebih sering mandi, paling tidak dua kali sehari setelah berkegiatan dan sering mengganti baju yang sudah kotor serta menggunakan deodorant jika memang keringat kita sangat berlebih dan bau. Tapi jangan salah pilih deodorant ya kawan-kawan, karena ada juga deodorant yang kalau bercampur dengan keringat kita malah membuat badan kita jadi tambah bau.

Lanjut yaa; ketika naik kelas 6 SD, sekitar usia 11 tahun, di suatu pagi sebelum dapat menstruasi pertama, aku merasa sakit perut dan pinggang. Aku pikir itu sakit biasa saja tapi pulang sekolah, pas mau mandi, aku ngeliat ada darah di celana dalam, aku ngerasa panik dan bingung karena takut vaginaku sakit atau luka. Meski Ina sudah sering kasih informasi soal menstruasi, tetapi pas beneran terjadi aku tetap panic dan khawatir loh, aku jadi membayangkan apa yang akan terjadi dengan kawan-kawan lain diluar sana yang sama sekali tidak mendapatkan informasi soal ini, pasti mereka juga sangat takut sekali bahkan ada yang panik hingga menangis dan takut jadi hamil.

Temanku pernah cerita pas dia dapat menstruasi pertama, dia nangis, bingung kenapa ada darah dicelananya, bahkan karena gak mau cerita sama orang tuanya karena takut dimarahi, esoknya dia ga mau pergi sekolah . Aduhh sedih yaa. Balik lagi ke cerita menstruasiku; waktu itu Inaku sedang ada kegiatan di Srilanka, jadi aku cerita ke nenek, kemudian nenek membelikanku pembalut dan ngasih tau cara pakainya, padahal aku sudah tau sih cara pakai pembalut itu gimana, tapi tetap saja ketika diulang cara pakainya oleh nenek dan didampingi menggunakannya untuk pertama kali,aku jadi lebih paham dan ga deg-degan lagi.

Malamnya ketika Ina telpon,aku cerita ke Ina kalau aku sudah menstruasi. Ina kasih selamat dong ke aku; Ina bilang bahwa aku sudah resmi jadi remaja dan ada di masa pubertas yang ditandai dengan kematangan organ seksualku yaitu menstruasi. Disemangati begitu, aku jadi senang tapi juga mulai khawatir ketika Ina juga bilang bahwa ada tanggung jawab lebih yang harus aku lakukan ketika sudah menstruasi. Menstruasi merupakan peristiwa sangat penting dalam kehidupan seorang remaja perempuan. Ketika seorang remaja perempuan sudah menstruasi, mereka harus lebih memperhatikan kesehatan menstruasinya.

Tapi kebanyakan, karena ketidaktauan remaja perempuan tentang menstruasi dan apa yang harus dilakukan dan dipersiapkan untuk menghadapinya, kesehatan dan kebersihan terkait menstruasi sering diabaikan. Belum lagi banyak mitos-mitos terkait menstruasi yang tidak benar tapi diyakini oleh perempuan secara turun menurun, membuat menstruasi menjadi sesuatu yang menakutkan, kotor, jorok dan menurunkan tingkat kehadiran anak perempuan di sekolah (3). Padahal kesehatan dan kebersihan ketika menstruasi merupakan bagian penting dari kesehatan reproduksi seorang perempuan (4) karena jika tidak ditangani dengan benar, remaja perempuan akan mengalami resiko kesehatan terkait organ reproduksinya seperti gatal-gatal, iritasi bahkan infeksi di vaginanya karena tidak menjaga kebersihan pada saat menstruasi dan tentunya ini akan mempengaruhi fungsi reproduksi mereka nantinya. Dan satu lagi ketika anak perempuan sudah menstruasi ,ia juga sudah dimungkinkan untuk hamil, makanya selain menjaga kebersihan, kita harus mulai juga memperhatikan keamanan diri kita agar terhindar dari resiko kehamilan tidak diinginkan akibat perilaku seks bebas ataupun kekerasan seksual.

Selain tiga hal diatas, aku juga sudah mulai berjerawat loh karena dimasa pubertas produksi kelenjar minyak meningkat, kadang suka diketawain dan dibercandain sama teman-teman , kalian tau ga sih kalau itu termasuk perilaku bullying verbal? Bullying verbal adalah ucapan-ucapan yang dilontarkan oleh pelaku bullying yang bisa merendahkan harkat dan martabat korbannya. Meskipun mungkin maksudnya becandaan, tapi kan kita ga tau apa yang korban bullying rasakan. Jadi terkadang bawaannya minder kalau pas lagi jerawatan, tapi kita harus membentuk citra diri yang positif ya teman-teman, jangan jadikan kekurangan yang kita miliki itu membuat kita rendah diri dan merasa tidak berharga. Pede aja. Kalau ada yang ngata-ngatain jangan didengerin, biarin aja. Kita harus mencintai diri kita apapun bentuknya, kita harus mampu berdiri untuk diri kita sendiri.

Speak Up, jangan mau jadi korban bullying,Anak laki-laki maupun anak perempuan sama-sama mengalami perubahan emosi ketika kita ada di masa pubertas. Pernah ga sih ketika kamu lagi merasa senang lalu sesaat kemudian kamu merasa sedih? Atau kamu jadi suka banget marah-marah tanpa alasan yang jelas? itu namanya moodswing. Moodswing itu maksudnya perubahan emosi secara cepat. Remaja seperti kita mengalami perubahan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak. Menurut ahli, mood swings ini terjadi karena remaja sedang mengalami kematangan hormone dalam tubuhnya. Selebihnya menurutku, stress yang dialami remaja juga sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik yang terjadi begitu cepat dan luas pada tubuh kita tanpa dibarengi dengan pengetahuan yang lengkap dan benar tentang perubahan yang terjadi, nah ini juga yang membuat perubahan mood kita terjadi lebih sering.

Pada masa remaja, kita sudah mulai dituntut untuk matang secara emosional oleh orang tua dan orang dewasa lainnya yang bisa membuat kita jadi remaja pemberontak dirumah. Emosi yang bergejolak itu kalau tidak dikelola dengan baik, bisa membuat kita terlibat perkelahian, ataupun perbuatan-perbuatan yang berdampak buruk tidak saja bagi kita tapi juga bagi keluarga dan masyarakat. Terakhir adalah perubahan yang terkait dengan hubungan sosial. Ketika kita mulai berada di masa pubertas kamu akan mulai tertarik dengan lawan jenis. Pasti kalian pernah denger temen kalian atau malah kalian sendiri yang bilang, ”Eh liat deh kakak itu ganteng banget ya”, “kok si A baik banget sih sama aku,duh jadi baper nih”.

Pokoknya kalo kamu mulai tertarik dengan lawan jenis,selamat, itu artinya kamu sedang puber! dan kita harus bersiap membangun hubungan dengan lawan jenis. Selain itu kita juga bakal mulai memilih berteman secara berkelompok. Kita bakal mulai pilih-pilih mana yang sekiranya satu sifat atau hobby sama kita, dan mulai bergaul dengan kelompok tersebut. Kita akan sangat membutuhkan teman sebaya untuk bersama-sama mengenal dunia di luar selain keluarga.

Tapi kalau kita tidak hati-hati, dalam bergaul, remaja sering mengalami tekanan untuk mengikuti teman sebayanya atau yang sering disebut para ahli sebagai konformitas (conformity) yang sangat kuat. Konformitas muncul ketika individu meniru sikap, atau tingkah laku orang lain dikarenakan ada tekanan dari kelompoknya. Konformitas ini sendiri ada yang positif dan negatif. Kebanyakan remaja merasa “tidak enak” atau “tidak gaul”, kalau tidak berperilaku sama dengan teman-teman di kelompoknya sehingga mereka ikut-ikutan berperilaku menyimpang seperti berbuat onar, nonton film porno bersama, dan lain lain. Jika kalian diajak melakukan hal yang akan berakibat buruk, kalian harus berani berkata “TIDAK” dengan tegas dan lantang.

Nah biar kita tetap gembira menghadapi masa pubertas, simak yukk tips dariku bagaimana menghadapi masa pubertas dengan gembira,tips ini aku buat berdasarkan pengalamanku loh hehehe.

  • Cobalah untuk terbuka dengan orang tuamu, Meski banyak sekali orang tua yang merasa tabu,malu dan tidak penting untuk membicarakan tentang seks dan seksualitas dengan anak-anaknya, kamu tetap perlu untuk bersikap terbuka pada orang tuamu, cobalah untuk selalu membicarakan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirimu selama masa pubertas ini. Yakinkan mereka bahwa kamu butuh informasi tentang apa yang terjadi dengan dirimu terkait masa pubertas. Bilang pada mereka kalau kamu butuh didampingi untuk melalui masa pubertas ini dengan gembira. Aku bersyukur memiliki orangtua yang terbuka dan tidak malu untuk membicarakan hal-hal seputar pubertas kepadaku dan adik-adikku .Kedua orangtuaku memberikan informasi yang cukup dan jelas sehingga aku tidak perlu mencari informasinya sendiri lewat internet atau bertanya kepada teman. Belum tentu informasi yang aku dapat dari internet ataupun dari teman itu benar dan bisa dipertanggungjawabkan.
  • Kenali perubahan-perubahan yang terjadi pada dirimu. Di atas, aku sudah menuliskan perubahan-perubahan yang terjadi padaku saat pubertas.Nah aku harap kalian juga dapat mengenali perubahan-perubahan tersebut sehingga kalian tidak bingung dan kaget. Ingat ya,semua perubahan yang akan terjadi, dari segi fisik, emosi, dan sosial itu normal. Jadi kamu tidak perlu khawatir. Untuk remaja perempuan sepertiku, menjaga kebersihan ketika menstruasi sangat penting ya teman-teman, dan mulailah untuk menjaga keamanan diri kita dari kekerasan seksual dengan tau bagian-bagian dari tubuh kita yang tidak boleh diperlihatkan dan disentuh oleh orang lain seperti mulut, payudara, vagina dan anus dan berlatih waspada jika berada dalam situasi yang membuat kita tidak nyaman dan tidak aman.
  • Pilih lingkup pertemanan yang baik dan positifOrang tuaku pesan untuk berteman dengan siapapun, mau itu teman yang terkenal “nakal” di sekolah, teman yang keluarganya kurang beruntung serta teman yang memiliki kebutuhan khusus, kita harus menghargai mereka, tapi untuk menjadi teman dekat, aku ingin menegaskan kembali bahwa penting buat remaja seperti kita untuk memilih teman-teman baik yang mau bersama kita melakukan banyak kegiatan positif dan menyenangkan.
  • Mulailah untuk BISA bilang TIDAK untuk sesuatu yang kamu tidak sukai ataupun tidak mau kamu lakukan,jangan takut untuk dianggap ga keren, ga gaul, ga kompak karena berani bilang TIDAK ketika kawanmu ngajak membolos, jangan takut untuk bilang TIDAK ketika diajak untuk nonton film porno, jangan malu untuk bilang TIDAK ketika kawanmu ngajak merokok, dan lain-lain

Nah aku sudah berbagi pengetahuan, pengalaman dan tips untuk menghadapi masa pubertas dengan gembira,aku yakin kamu juga pasti punya cara sendiri untuk menjalani masa remajamu tapi dengan sedikit tips dariku ,aku berharap kita semua gembira menjalani masa pubertas ini.

Daftar Pustaka

  1. Panuji & Umami. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
  2. C.P Chaplin (Penerjemah Dr.Kartini Kartono). 1993. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.
  3. Ernawati Sinaga, dkk. Management Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Universitas Nasional
  4. UNICEF. 2015. Penelitian Management Kesehatan Reproduksi Remaja.

DIFABEL MAUPUN NON DIFABELl, SEMUA REMAJA PEREMPUAN ITU RENTAN MENDAPATKAN PELECEHAN SEKSUAL

Oleh Nabila May Sweetha(Juara 1 SMU)

Saya remaja buta (17 tahun) yang sampai sekarang masih gagap masalah pendidikan seks. Sejak kecil, saya tumbuh di Pangkep, salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan, di mana seks di sini dipandang sebagai hal yang tabu dan terlarang bagi anak-anak. Karena hal ini, lebih dari dua kali saya pernah mendapat pelecehan seksual tanpa saya sadari.

Yang pertama terjadi di atas mobil bapak, Mei 2011. Pelaku adalah lelaki dewasa yang merupakan pegawai bapak. Kala itu, bapak sedang turun dari mobil untuk memesan tempat tidur baru sebagai hadiah ulang tahun saya, dan beliau meninggalkan saya hanya berdua dengan pegawai yang dia percayai di atas mobilnya. Saya masih delapan tahun, lelaki itu memegang kemaluan saya dari luar celana. Masih jelas sekali di ingatan, malam itu saya hanya menggigit bibir keras-keras sambil berharap bapak cepat kembali ke mobil. Kaca mobil terbuka, tangan lelaki itu mengelus kelamin saya, dan saya berharap kain celana cukup tebal sebagai pelindung dari tangannya yang jahat.

Kejadian kedua terjadi di rumah tetangga setahun kemudian. Seorang anak laki-laki memeluk saya, lalu mencium mulut saya dengan menekankan wajahnya cukup keras. Saya kesakitan, mencakar anak itu, meronta-ronta dan membebaskan diri. Berlari pulang, saya menangis terisak sambil mencakar wajah. Setelah kejadian itu, selama satu minggu saya menjauhi teman-teman sepermainan. Saya ingat ada tiga orang teman (perempuan) seusia saya yang menyaksikan kejadian itu, malah ikut menyemangati Sang Pelaku untuk memeluk saya lebih erat lagi. Kalau tak salah, waktu itu saya masih sembilan tahun.

Mirisnya adalah mengapa teman-teman saya malah senang melihat saya dilecehkan. Dipeluk, dicium begitu hina. Saat menuliskan ini, saya baru memikirkan alasan mereka berlaku demikian.

Mungkin karena kami masih kanak-kanak dan belum tahu bahwa itu adalah perlakuan yang jahat. Ada banyak pelecehan yang saya dapatkan semasa kecil. Mungkin karena saya adalah anak yang riang, lucu, dan menarik perhatian. Atau bisa juga hanya karena memang para pelaku adalah orang-orang yang jahat.

Mendapat pelecehan-pelecehan seperti itu, saya tidak berpikir untuk mengadu ke orang tua. Yang pertama adalah karena saya malu, malu sekali. Yang kedua adalah karena saya tidak tahu bahwa tindakan yang saya terima adalah hal yang salah dan bisa diadukan ke pihak yang berwajib.Dampak dari semua pelecehan itu adalah saya menjadi anak yang negative thinking, tidak percaya diri, susah akrab dengan orang-orang baru, penakut, menggigil jika berdekatan dengan lelaki asing, dan selalu curiga.

Bayangkan, sejak kecil sampai sebesar ini saya kerap mendapat pelecehan. Saya menyimpannya sendiri, malu harus mengadu, ketakutan dan sendiri. Saya selalu berpikir bahwa pelecehan itu tabu, memalukan, dan tidak pantas untuk dibuka ke orang banyak. Jadi saya menutup rahasia-rahasia pelecehan itu sendirian dan menahan trauma berkepanjangan.Sejak menjadi orang buta di usia 14 tahun dan berinteraksi dengan remaja buta lain di Sekolah Luar Biasa, saya kerap memperhatikan teman-teman difabel lain; Respon mereka terhadap seks, cara mereka mengelola nafsu dan sebagainya.

Dulu saya berpikir bahwa difabel intelektual memiliki nafsu yang besar, meluap-luap, dan tidak terkendali. Tetapi, setelah bertanya dan belajar, akhirnya saya tahu bahwa nafsu yang dimiliki difabel intelektual dan semua orang itu sama saja. Bedanya hanya karena mereka tidak diajarkan cara mengendalikan perasaan-perasaan itu, dan tidak mengerti etika-etika menahan hasrat. Hanya itu, tapi baru sedikit yang mengerti. Guru-guru SLB, penulis-penulis buku, dan kebanyakan orang di muka bumi ini menggambarkan difabel intelektual sebagai manusia yang memiliki nafsu yang tinggi dan sebagainya. Penggambaran yang keliru dan jahat sekali, kan? Dan sebelum belajar, saya juga berpendapat begitu.

Saat SMA, saya mendapati bahwa banyak sekali teman-teman perempuan saya yang haus ingin tahu lebih banyak tentang seks. Di banyak kesempatan teman-teman akan berkerumun, duduk rapi, lalu saling tanya jawab seputar film biru yang pernah mereka simak. Mengerikan sekali mendengar mereka bercerita tentang keinginan mereka melakukan ini itu, menonton film anu, apalagi membahas pengalaman bersama kekasih masing-masing. Saya tahu bahwa itu salah, tapi saya tidak sampai pikir mengapa mereka sampai menjadi begitu, gemar menonton film biru. Apakah karena pergaulan? Atau karena latar belakang masa lalu masing-masing? Entahlah ….Saya juga tidak mengerti. Dan karena saya tumbuh di masyarakat yang menganggap seks sebagai hal tabu, saya menjadi malu untuk bertanya ataupun berdiskusi masalah ini pada orang lain.

Biasa saya mencuri dengar saja, atau paling sering saya akan mencari bahan bacaan yang membahas perihal seks di internet dan mengapa kebanyakan remaja begitu menggemari film biru.Bukan hanya teman-teman di SMA saja yang suka membahas seks dari sisi yang negatif. Saya pernah sekolah selama satu tahun di SMP LB, dan menjadi tahu bagaimana remaja buta secara luas memandang dunia seks. Saya kemudian menyaksikan bahwa ada kelompok remaja buta lelaki di asrama khusus difabel visual tempat saya menimba ilmu selama setahun itu, yang berimaginasi jorok hanya karena suara lembut perempuan. Apakah itu berlaku umum? Saya kira perlu penelitian khusus untuk tahu jawabannya.Ini penting sekali juga untuk diketahui khalayak umum. Difabel biasanya dipandang sebagai manusia baik, tak berdaya, suci, dan agamis. Kenyataannya tidak seperti itu. Dalam faktanya, difabel adalah manusia biasa. Manusia seperti orang-orang kebanyakan. Ada yang baik, ada yang jahat, ada yang licik, ada pula yang picik. intinya bermacam-macam tabiatnya seperti orang pada umumnya.

Saya pernah mendengar pengalaman salah satu kawan difabel netra (perempuan) yang saat ia mandi, ternyata ada laki-laki (difabel low vision) yang ikut masuk ke kamar mandi dan melihat dia mandi. Kejadian ini terjadi di salah satu asrama khusus difabel kisaran beberapa tahun yang lampau. Ada juga difabel netra yang berpacaran dengan sesamanya hanya untuk meluapkan nafsu, menggerayangi teman perempuannya, lalu pergi begitu saja. Ya, fakta di lapangan memang sekotor itu.Saya tidak hendak menjelek-jelekan image difabel. Tetapi, begitulah kenyataan yang harus kita ketahui agar lebih peduli lagi terhadap nasib perempuan-perempuan difabel.Seharusnya sekolah luar biasa menjadi tempat yang sangat tepat untuk memberi pendidikan seks bagi difabel. Karena difabel itu rentan, apalagi difabel perempuan. Mereka bisa saja pernah mendapat perlakuan buruk dari lelaki-lelaki di sekitarnya (baik itu yang difabel maupun bukan difabel), tetapi tidak tahu bahwa itu adalah hal yang salah. Saya contohnya, saya bahkan baru dua tahun belakangan mendapat banyak pengetahuan mengenai ini. Dulu-dulu saya santai saja melihat teman-teman perempuan saya berpacaran, pelukan, ciuman dan lain-lain. Sekarang baru saya pahami bahwa melakukan seks bersama pacar, jika tidak dihendaki oleh salah satu pihak adalah hal yang bisa dipidanakan.

Dulu mana saya tahu? Saya masih remaja, memandang dunia begitu polos.Di dalam tulisan ini, saya sudah menuangkan sedikit kisah pelecehan yang pernah saya dapatkan. Ini langkah yang cukup besar, karena biasanya saya selalu menutupi kisah-kisah ini secara rapat. Bahkan kepada bapak dan mamak sekalipun, saya tidak pernah menceritakannya. Semua dampak dari pelecehan itu saya tanggung sendirian.Di masa sekarang, banyak sekali orang-orang yang mempermasalahkan mengapa saya tidak berani keluar rumah sendiri.”Kan, banyak juga difabel netra perempuan yang bisa ke mana-mana sendirian. Kenapa kamu, Lala yang katanya mau memperjuangkan hak difabel perempuan malah tidak berani keluar rumah sendiri?” begitu biasa orang menuding saya.

Tak ada yang saya lakukan kecuali menunduk, lalu menyumpah-nyumpah dalam hati. Ya menyumpahi diri sendiri yang terlalu takut, menyumpahi pelaku-pelaku yang membuat saya terbentuk menjadi pribadi serapuh ini. Banyak memang orang yang meremehkan, mengucilkan, memarahi, bahkan menghina karena saya tidak bisa mandiri. Mereka tidak merasa perlu bertanya mengapa saya takut, mengapa saya tidak mandiri, mengapa saya tidak berani ke mana-mana sendirian. Mereka tidak pernah berpikir, bagaimana jika mereka yang ada di posisi saya? Takut, merasa sendiri, tidak percaya pada laki-laki, dan ditekan trauma. Saya takut mengenal laki-laki, takut berada hanya berdua bersama laki-laki, takut bepergian bersama laki-laki. Saya selalu berusaha sekeras mungkin untuk mengabaikan trauma-trauma, dan biasanya berhasil. Saya bisa terlihat baik-baik saja di depan banyak orang. Tapi aslinya, di dalam hati saya tersiksa.

Di usia tujuh belas tahun ini, saya sudah mulai mencoba dekat dengan laki-laki. untung saja saya dekat dengan orang yang sudah dewasa dan bisa mengerti semua trauma itu. Memang masalah sekali karena saya biasa risih berdekatan dengan dia, biasa curiga berlebihan. Tapi, toh semakin lama saya kian percaya dengannya, dan mulai tenang karena yakin dia tidak akan berbuat macam-macam.

Saya mulai belajar banyak perihal dunia seks dimulai saat saya mengikuti update berita perkembangan hukum yang berjalan ,untuk kasus pelecehan seksual yang dialami seorang Tuli yang didampingi oleh paralegal PERDIK pada awal 2019. Saya lalu bertanya-tanya sendiri, apakah yang saya alami selama ini adalah salah satu bentuk pelecehan? Diam-diam saya mencari buku-buku, membaca, lalu tahu sedikit demi sedikit. Tidak ingin ketahuan siapapun, tidak mau diperhatikan siapapun, kemudian saya giat belajar perkara topik yang sensitif ini. Saya mulai tahu mengapa selama ini saya selalu curiga berlebihan, selalu takut pada laki-laki, selalu benci mendengar teman-teman cowok saya membahas buku seks yang mereka gemari. Dan saya juga mulai peduli pada korban-korban pelecehan, mulai membagikan bahan bacaan ke teman-teman sekitar agar mereka mendapat pengetahuan tentang seks yang cukup.

Di sekolah, baik itu sekolah umum atau sekolah luar biasa, saya belum pernah mendapat pendidikan seks yang cukup. Di rumah juga begitu, pendidikan seks adalah hal yang sangat tidak terjangkau. Saya menjadi kesulitan mencari jalan keluar dari permasalahan yang saya miliki. Saya mau tahu bagaimana membuat semua trauma hilang, bagaimana membuat saya berani ke mana-mana sendiri, bagaimana membuat saya bisa tidak takut pada laki-laki. Di sisi lain, orang-orang yang menjunjung kemandirian terus mendesak saya untuk keluar dan berani. Saya mau, mereka mau, tapi ada bagian dari alam bawah sadar saya yang terus menjerit tidak mau.Satu-satunya manfaat yang saya dapatkan dari semua trauma dan desakan orang yang menyuruh saya untuk mandiri adalah pengertian.

Ya, saya menjadi tidak mudah menghakimi orang lain yang tidak bisa mandiri. Saya menjadi mengerti bahwa mungkin saja mereka memiliki trauma, mungkin saja mereka pernah mendapat perlakuan buruk dari lingkungannya. Karena semua orang ingin mandiri, semua orang ingin bisa melakukan apa-apa tanpa merepotkan orang lain. Tapi, tidak semua orang memperoleh masa kecil yang baik, tanpa pernah mengalami pelecehan seksual.[*]