Oleh Diah Irawaty (Co-Founder LETSS Talk)
(Sebuah Puisi Persembahan Hari Perempuan Internasioanl 2021; Dibacakan pada Special Event yang diselenggarakan LETSS Talk “A Day of Appreciation: Gerakan Feminisme Era Orde Baru dan Reformasi (Isu Kunci dan Tokohnya),” yang berlangsung melalui Zoom dan YouTube pada Sabtu, 6 Maret 2021), dan dihadiri 17 pionir gerakan feminisme di era tersebut. Untuk mengikuti acara ini, berikut link YouTubenya: https://bit.ly/FeminismeEraOrdeBaru).
Sebuah tubuh tak segar, tubuh perempuan
Luka-luka, kering
Baju terlalu sering terkena air dan panas matahari
Sandal jepit aus, tak bisa melindungi kaki dari debu sekalipun
Telapak tangan yang lebih tua dari wajahnya
Wajah yang tak semuram mereka yang gagal pentas
Dua mata tak berbinar
Senyum manis yang pahit
Sekedar tameng bagi duka dan perih yang lama
Pulas tidur entah kapan terakhir dinikmatinya
Malam-malamnya adalah malam malaikat penjaga rumah
Sisa gigi yang tanggal
Sisanya hilang di sebuah trotoar menuju pasar
Bayi 7 bulan di kandungannya, tak begitu besar, terlalu berat bagi tubuh tak bergizi
Suami tak sayang membuatnya tampak lebih tua
Tak ada tempat berkeluh
Pada ilalang di halaman rumahnya sekalipun
Suami paduka raja
Atau mahapatih, atau seorang shalih
Padahal setiap harinya adalah pemberi hukuman
Hitam di kening itu adalah alibi, sesungguhnya penutup aib
Ia yang merenovasi rumahnya menjadi tahanan, atau penjara
Suara lantang dari mesjid seberang jalan.
Suaminya yang menjadikan mesjid tempat mengutuk dan melaknat perempuan
Suami amnesia, tentang perempuan yang melahirkan
Membentak, menggertak, memaki
Entah kapan terakhir menunjukkan apresiasi
Suatu hari, orang-orang bergunjing, para tetangganya
suaminya ingin menjadi raja sesungguhnya
Mencari madu atas nama agama
Yang dijadikannya sebagai kuasa pemaksa
Menolaknya, berhak atas hukuman dan karma
Ia tak tahan lagi
Ia menolak
Ia menantang dan menentang
Cukup
Derita menyayat
Nestapa
Kau bilang memukulku adalah pelajaran menjadi istri sholehah
Kau bilang melayani hasratmu meski aku tak setuju adalah ibadah
Kau bilang aku harus tetap diam
Kau mengajak malaikat ikut mengutukku
Tidak
Kekerasan harus berhenti
Bukan saja demi aku
Juga untuk kaumku
Aku ingin kebebasan, kebahagiaan, dan kekuasaan atas tubuh, hati, dan fikiranku sendiri
Aku mau hidup dengan caraku sendiri
Aku ingin semua perempuan merdeka dan bebas menentukan pilihan
Aku ingin kau tahu
Kau tak punya kuasa, apalagi hak
Jubahmu simbol keangkuhan dan kuasamu
Aku sudahi saja drama ini
Pincitraan diri
Kesantunan semu
Kini
Hidup adalah pilihan dan kuasanya sendiri
Tubuh ringkih penuh lebam itu melangkah pasti menuju masa depannya sendiri
Menggenggam kuasa di tangannya sendiri
Tubuh itu berubah menjadi kuasa
Pengalaman pahitnya adalah momen transformasi
Dunia bagai medan perang adalah inspirasi
Tubuhnya kini adalah senjata
Perempuan berkuasa atas tubuhnya, sumber eksistensi
Ia memilih menjadi suara bagi perempuan sepertinya
Aku menundukkan kepala padanya
Hormatku pada ketangguhannya
Merebut hak-haknya yang terampas
Selamat Hari Perempuan Internasional,
Teruslah melangkah pasti, tetap semangat, jangan lelah berjuang
New York, Maret 2021