Oleh Diah Irawaty
Aku berada di ketiadaaan eksistensi pada tengah
semesta belenggu
Saat dibunuh kehampaan naluri, perlahan
Aku menjadi fosil, karang-karang diam
Hanya meraung, merintih dalam hijab gelap yang merenta
Meradang dalam cengkeraman nihilnya rasa setara
Airmataku hilang daya, terkuras dalam jemawa
Rahimku mengerontang, terpaku, nestapa
Pikirku terkulai, tak lagi mampu bergerak
Tangan-kakiku musnah kuasa lindungnya
Tubuh bervaginaku wajah abadi subordinasi
Akupun jadi tak politis lagi
Di sini, nasib kaumku melata menjadi pariah
Teralienasi dari hamparan misoginis yang enggan
menoleh
Tersudut dalam pojokan jagad tak beralur
Menjelmakan kodrat yang bukan kodrat
Memaksa, memaksa, memaksa dan mendominasi: dunia
hegemonik
Itukah saat-saat kekalahan?
Aku tak mau tanamkan duka miris dan dongeng lara
(Ini memang bukan dongeng)
Aku tak mau terpaku
Tak juga diam, hanya membeku
Aku mau bergulat gelut menahan deras renggutan negasi
Dari mereka dan juga sejenis bundahawa
yang berdiri di atas moral dan kata-kata samawi
Ini bukan utopia nihilia, kurasa
Ini perjuangan, perjuangan untuk perubahan
Perjuangan untuk perjuangan itu sendiri
Perjuangan perubahan, meski tak semua sudi berubah
Apalagi, kita hanya sedang melanjutkan dentang
kebangkitan
dan tunas jiwa-jiwa pemberontakan
Merenggut gumpalan-gumpalan cita yang merekahkan riak
harap
Yang menggelorakan segenap jiwa raga keadilan dan
kesetaraan
Kebangkitan!
Kaliankah itu wahai kaumku
Mengawali lembayung fajar yang masih enggan membuka
mata
Tak lelap meski rembulan telah menampakkan wajah
ovalnya
Menyulap seisi rumah menjadi benih kekuatan
Menebarkan cinta kasih
Mengguris sisa hidup di sarang begu ganjang
patriarkhisme
Kebangkitan!
Enyahlah domestifikasi bias nurani dalam modifikasi
kesantunan
Kunci rapat pintu masuk kata manis dewi tolol yang
membuai-lenakan
Lepaskan saja hipokrisi baju agama dan moralitas itu,
bakar!
Kau bukan komunitas penis envy imajinasi Freud
Atau pula makhluk setengah manusia logika Aristoteles
Apalagi isteri tanpa hak keintiman ala Nawawi
al-Bantani
Kau bukan mayat tak berjiwa
Kebangkitan!
Lihat perempuan Perancis berjuang meminta roti di muka
parlemen
Bergerak bagai kaum ibu Plaza de Mayo meminta kembali
anak-anaknya
Lalui jalan perempuan Chepko India demi tempat tinggal
dan alam yang dirampas
Menangis untuk ibu-ibu yang diborgol demi tingginya
harga susu
Juga untuk mereka yang jadi tumbal kekerasan
Jadi korban kawan!
Ingatlah!
Tahu sajapun tak cukup
Berhenti membiarkan korban berjatuhan
Ayo kita akhiri saja kebiasaan mengorbankan ini
Tubuhmu kuasamu
Pikirmu energimu
Rasamu dayamu
Parasmu senjatamu
Suaramu mahkamahmu
Rumahmu tangan kakimu
Kebangkitan!
