Puisi 1
Berlalulah Hati Nurani
Tik-tok, tik-tok
Terdengar bunyi jam
Waktu ke waktu berjalan
Bunyi detik jam itu tak membuatku tenang
Kala itu ada kasus yang seharusnya heboh
Tiga siswi lapor datang padaku
Enggan datang pada wali kelasnya
Enggan datang dan lapor pada guru BK
“Ibu, kami takut” kata salah satu dari mereka
HAM mereka telah dicederai oleh kelakuan para siswa laki-laki
berperilaku busuk
Terketuk nuraniku
Ku dengar keresahan mereka
Pilu hati karena pernah merasakan pengalaman yang mirip
Tahukah apa yang menyakitkan?
Rekan guru yang acuh tak acuh
Mereka tutup mata,
tutup telinga,
tutup hati
Kasus itu dianggap angin lalu dan berlalulah hati nurani mereka
Puisi 2
Tidak Ada Lagi Tawa
Nyala terang lampu di setiap malam
Membuatmu tak tampak suram lagi
Lahan parkir yang rapi
Tata tanaman yang indah di tiap sudutmu
Membuat orang-orang segan mengotorimu, Kaibon
Sayangnya, bersamaan dengan tata tanamanmu yang indah itu
Kini tak terdengar tawa riang anak-anak yang suka meluncur
di lengkungan turunan tanah, di depan reruntuhanmu
Ya, lengkungan turunan tanahmu kini cantik
Indah ditanami bunga-bunga
Tapi tidak ada lagi tawa anak-anak seseru seperti dulu
Tawa anak-anak di lengkungan turunan tanah itu tinggal kenangan
Tentang Penulis
Irama Melodya adalah nama pena dari Verita S. Koapaha. Lulusan Jurusan Seni Karawitan ISI Yogyakarta, lahir di Bandung, 22 Februari 1987, Verita adalah mantan guru seni di sekolah SMP dan satu SMA di kota Serang, Banten. Verita juga seorang relawan di TBM Jawara, Serang dan ketua TBM BSB Libels, juga di Serang. Dia seorang penulis tipe ambivert yang suka dengan makanan jejamuran, pet lover, dan penyuka pengetahuan Biologi